PEREKONOMIAN INDONESIA di TAHUN 2014
Kondisi ekonomi makro di Indonesia pada tahun 2014 masih lemah menurut saya karena beberapa faktor ekonomi yang ada masih belum bisa dicapai dengan baik dan sumber daya yang ada masih belum dimanfaatkan dan dikelola dengan baik. Banyak masalah yang tak terduga menghalangi perencanaan yang sudah disusun matang oleh pemerintah, contohnya adalah kenaikan harga BBM yang terus melejit, serta impor yang jauh lebih besar daripada ekspor. Berikut adalah data yang sudah saya kumpulkan untuk membuat hipotesis bahwa ditahun 2014 Indonesia masih lemah dalam sektor perekonomian
Pertumbuhan menunjukan kinerja yang cukup baik walaupun mengalami sedikit penurunan sebagaimana ditunjukkan melalui indikator makro ekonomi. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 tercatat sebesar 5,1% (lebih kecil dari perkiraan APBN-P 2014 yaitu sebesar 5,5%). Namun pada tahun 2014 tingkat inflasi tercatat sebesar 8,36%, lebih tinggi dari asumsi APBN-P yaitu sebesar 5,3%. Ini terjadi karena APBN-P belum mengasumsikan adanya penyesuaian harga bahan bakar minyak.
Nilai tukar rupiah di tahun 2014 terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tercatat rata-rata sebesar Rp.11.878 / dolar AS lebih tinggi dari angka yang ditetapkan dalam APBN-P 2014 yaitu sebesar Rp.11.600 / dolar AS. Harga minyak mentah Indonesia tercatat sebesar 97 dolar per barel, lebih rendah dari yang diperkirakan yaitu sekitar 105 dolar perbarel.
Nilai ekspor indonesia Januari-Juni 2014 mencapai US$88,83 miliar atau menurun 2,46 persen dibanding periode yang sama tahun 2013, demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$73,14 miliar atau menurun 2,14 persen. Sementara itu kumulatif nilai impor Indonesia Januari–Juni 2014 mencapai US$89,98 miliar atau turun 4,70 persen jika dibanding impor periode yang sama tahun 2013. Kumulatif nilai impor terdiri dari impor migas sebesar US$21,80 miliar (turun 1,41 persen) dan impor nonmigas sebesar US$68,18 miliar (turun 5,70 persen). Jika dilihat dari presentasi Ekspor dan Impor, Perekonomian Indonesia masih belum bisa dikatakan mencukupi karena nilai Impor lebih besar dari pada nilai ekspornya.
Nilai ekspor Indonesia Januari-Juni 2014 mencapai US$88,83 miliar atau menurun 2,46 persen dibanding periode yang sama tahun 2013, demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$73,14 miliar atau menurun 2,14 persen. Sementara itu kumulatif nilai impor Indonesia Januari-Juni 2014 mencapai US$89,98 miliar atau turun 4,70 persen jika dibanding impor periode yang sama tahun 2013. Kumulatif nilai impor terdiri dari impor migas sebesar US$21,80 miliar (turun 1,41 persen) dan impor nonmigas sebesar US$68,18 miliar (turun 5,70 persen). Jika dilihat dari presentasi ekspor dan impor, perekonomian di Indonesia masih belum bisa dikatakan mencukupi karena nilai impor masih lebih besar daripada nilai ekspornya.
Walaupun banyak terjadi penurunan tingkat perekonomian ditahun 2014, pendapatan negara dalam sektor pariwisata terus meningkat dari tahun ketahun. Total pendapatan tertinggi Indonesia yang diterima pada tahun sebelumnya mencapai US$ 10 miliar, dan diprediksikan pendapatannya akan meningkat diakhir tahun 2014 ini. Namun pendapatan ini masih jauh lebih kecil dibandingkan pendapatan negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand yang mampu menyerap lebih banyak turis atau wisatawan asing untuk datang ke negaranya. Pada tahun 2011 Thailand meraup sebesar US$ 30,9 miliar, tiga kali lipat lebih besar dari yang Indonesia dapat di tahun 2013.
Saran saya agar membuat perekonomian di Indonesia tumbuh adalah dengan memberikan pinjaman modal usaha kepada pihak swasta dan juga kepada masyarakatnya yang ingin mendirikan usaha, serta membangkitakan semangat untuk berwirausaha kepada rakyatnya untuk berwirausaha agar ekspor di Indonesia meningkat, dan imporpun berkurang.